I Found a Treasure

Hari ini, saya akan posting 2 tulisan. Yang satu lagi mungkin nanti malam. Karena saya harus bayar hutang karena kemarin nggak nulis. Maklumlah, suasana hati benar-benar lagi tidak memungkinkan. Daripada hanya akan menjadi tulisan sampah yang bikin saya makin badmood saat membacanya kembali, lebih baik saya tunda sampai bisa sedikit tenang… 🙂

Aku merindukanmu Diaryku.

Diaryku, terus terang, aku sangat bingung pagi ini.

Diaryku, aku agak sedikit terlambat menemuimu hari ini.

Apa yang harus aku tulis,Diaryku?

Bertanya ala facebook, what’s on your mind ketika membaca baris-baris kalimat di atas? Membayangkan sebuah buku berwarna pink dengan gembok kecilkah?

Anak kelas 6 atau 1 SMP yang sedang galau dan menuliskan sesuatu di bindernya?

Atau itu sebenarnya tulisan Zie waktu masih pakai seragam merah putih?

Ehm. Baiklah. Silahkan anda sibuk dengan spekulasi masing-masing. Saya beri tahu. Itu sebetulnya kalimat awal di setiap postingan dalam sebuah blog yang ditulis sekitar 4 tahun lalu.

Apa yang kalian pikirkan kalau menemukan blog seperti itu?

Kalau saya sih jujur langsung ilfil. Karena membayangkan betapa alaynya pemilik blog itu. Dan saya semakin ilfil lagi, ketika tahu penulisnya bukanlah anak SD atau SMP alay yang baru belajar nulis tapi COWOK mahasiswa tingkat akhir sebuah Universitas.

Memang benar, ketika saya membaca tulisan itu, saya langsung merasa enek. Namun entah kenapa  seperti ada sesuatu yang memaksa saya untuk menyelesaikan setiap kata dalam setiap postingan di blog itu.

Makin saya membaca, semakin saya larut. Memang, untuk ukuran cowok, tulisannya terlalu lebay. Isinya benar-benar mengingatkan saya akan puluhan diary yang saya tulis  saat kelas 4 SD. Terlalu jujur dan kekanakan, mengingat kegiatan sehari-hari yang tertulis di sana berbicara soal lingkungan kampus dan kostan.

Sampai pada satu titik, saya menyadari bahwa itu adalah tulisan Sam. Hati saya tidak bisa dibohongi, saya sangat yakin kalau itu adalah tulisan Sam. Terlepas dari semua kealayan dan kelebayannya, kelebihan setiap tulisan Sam itu adalah pemilihan kosakata dalam kalimat yang seringkali di luar kebiasaan. Mungkin itu memang tipikal anak sastra ya?

Saya beri contoh, dalam blog itu, diantara sekian banyak kisah alay yang bikin saya bosan membacanya,  saya menemukan penggalan kalimat yang mau tidak mau bikin saya penasaran untuk mencari lagi kalimat serupa.

Misalnya,

“Yang sudah biarlah melebur dengan kesudahannya,”

“Ayam yang berbuat tak senonoh. Sungguh tidak sopan”

“ya. Mandi wajib. Bagiku semua mandi adalah wajib. Sebab kalau mandi itu tidak wajib, maka saya tidak akan mandi seumur hidup,”

“Keripik pisang rasa asin kemanis-manisan,”

“Yang selalu setia hadir dalam ketidakhadiranku,”

“Nanti handuknya berbintil hitam seperti tahi lalatku,”

“Menu sahur kali ini ditemani sebuah telur ayam, dan 1 mie goreng. plus 3 gelas air putih dan tak lupa sepucuk niat ikhlas”

“Satu merasa sakit, dengan sendirinya tanpa disadari seluruh tubuh akan merasa sakit juga. Itu barangkali bukti solidaritas antarsesama anggota tubuh”

Yah. Bagi saya, kalimat-kalimat seperti benar-benar ‘Sam Banget’. Kalau dibandingkan dengan tulisan Sam yang sekarang, blog itu jelas jauh berbeda. Akan sangat sulit menemukan kesalahan eja di tulisan Sam yang sekarang , dimana hal itu masih bertebaran dalam blog yang itu. Demikian juga runtutan ceritanya. Sam yang sekarang jelas lebih rapi.

Tapi seperti yang saya bilang, sebuah ciri khas itu yang masih tidak berubah. Sampai sekarang. Tulisan Sam masih selalu enak dibaca dan tetap yang paling saya tunggu walau entah seperti apa sakit hatinya saya.

Dan keyakinan saya terbukti benar ternyata setelah saya melihat secara lengkap profil singkatnya. Itu Sam. Benar-benar blog Sam. Tidak salah lagi, karena foto yang terpasang dalam blog itu adalah seperti ini

Gambar

Sam masih kuliah cute juga ternyata 😀

Hahaha…
Makanya saya bilang, saya menemukan harta karun. Bagi saya blog itu adalah harta karun. Bukti kalau Sam ternyata pernah jadi alay. Bukti kalau Sam memang punya perasaan sehalus cewek. Bukti perjalanan pendewasaan setiap tulisan-tulisannya Sam.

Dan harta karun, karena akhirnya saya mengetahui setitik bagian perjalanan hidup Sam, yang memang tidak pernah dia ceritakan pada saya 🙂

Juga setidaknya, itu harta karun karena bisa membuat saya tersenyum. Ditengah kejengkelan saya melihat Sam bercanda dengan orang-orang lain di dunia maya, namun memilih tetap bersikap dingin terhadap saya.

Eh iya lho, hati saya sedikit… teriris , mengetahui fakta kalau Sam tetaplah Sam yang biasanya jika merespon orang lain. Sam yang biasanya… yang bisa menenangkan dan menyenangkan siapapun, termasuk saya…. dulu.Â